Kejasama pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda mengenai penanganan banjir di Kota Semarang dan Ibukota Jakarta memang sudah lama terjalin, namun melihat kondisi yang saat ini belum menunjukkan adanya kemajuan yang signifikan, akhirnya langkah akademik dilakukan oleh tim ahli dai Kampus Unissula (Universitas Islam Sultan Agung). Bermula pada tahun 2015 lalu, yaitu kerejasama dalam mengadakan International Conference dengan kajian delta areas pada bulan Februari yang kemudian dilanjutkan pada bulan November di tahun yang sama. Dalam kesempatan tersebut, Unissula Semarang bekerjasama dengan RUAS (Rottedam University of Applied Science).
Pada kesempatan baru ini, dengan adanya dana hibah dari erasmus+ kepada kampus Unissula dalam mengembangkan sayapnya di kancah internasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan studi banding mengenai rob dan banjir. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa persoalan yang tidak kunjung selesai di kota semarang khususnya daerah kaligawe termasuk kawasan unissula adalah mengenai rob dan managemen air. Dalam agenda terbaru ini, teknik planologi unissula mengirim dosen sekaligus researcher nya, Dr. Mila Karmila, ST, MT untuk melakukan kajian ilmiah dengan kota Rotterdam sebagai referensi perencanaan perkotaannya. Hal tersebut dilakukan sebab adanya sejarah besar dalam hal penanganan banjr dan manajemen air yang dimiliki oleh negera kincir air tersebut. Yaitu pada abad 19 yang membuat trauma besar bagi penduduk Belanda oleh adanya banjir besar yang diawali oleh rob-rob kecil dan menyebabkan kerugian serta korban kematian dengan jumlah yang cukup tinggi. Dengan adanya pengalaman itu, akhirnya pemerintah Belanda melakukan pengumpulan insinyurnya terutama pada hal manajemen air dan melakukan diskusi yang akhirnya berhasil terselesaikan dengan melakukan pembangunan dam terbesar di eropa pada saat itu, yang di kenal dengan daerah zeeland atau delta area belanda yang juga berbatasan dengan negara inggris. (esa/red)