Semarang Ulang Tahun, Ini Catatan untuk Pemkot Soal Tata Kota

SEMARANG, suaramerdeka.com – Kota Semarang menapaki usianya yang ke 467, segala bentuk kegiatan pun dilakukan untuk memperngati hari jadi itu, mulai dari hiburan, kesehatan dan juga bersih-bersih kota. Menapaki usianya yang sudah lebih dari 4,5 abad ini, nampaknya pemerintah kota Semarang masih harus terus berbenah dan memoles dengan sedemikian rupa agar kota ini semakin cantik dan sedap dipandang mata serta nyaman, aman dihuni.
Menurut pakar tata kota dari UNISSULA Ir. Mohammad Agung Ridlo, MT ada beberapa catatan untuk pemkot dalam hal tata kota. Pemkot Semarang hendaknya melihat realita yang terjadi di wilayah kewenangannya, yang perlu perhatian ekstra, untuk segera dicarikan solusinya. Misalnya untuk Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH), menurutnya Kota Semarang terasa makin sumpek karena terlalu padat dengan bangunan.
“Untuk menghindari perkembangan yang tidak terkendali, Pemkot harus mengembangkan open space di pusat kawasan perkantoran dan perumahan serta mempertahankan RTH sebagai kawasan lindung,” katanya kepada suaramerdeka.com, Minggu (4/5)
Ditambahkan Agung, Pemerintah harus menggalakkan program gerakan penghijauan, untuk menambah luasan RTH. Penanaman pohon dapat dilakukan di taman-taman kota, koridor jalan, pembatas jalan, pinggiran sungai, dan di pekarangan rumah. Hal itu bisa menambah proposri keberadaan RTH. Selain itu, juga membuat kota terasa lebih sejuk dan hijau.
“Untuk mewujudkan pelaksanaan pengelolaan RTH, Pemkot harus melibatkan berbagai pihak. Pertama, masyarakat kota yang berkepentingan terhadap ketersediaan ruang terbuka hijau. Kedua, masyarakat pendatang, yang cenderung memanfaatkan ruang terbuka hijau sebagai lahan tempat tinggal dan tempat usaha ekonomi. Dan, yang ketiga adalah para pengusaha sebagai pelaku yang melihat ruang terbuka hijau sebagai lahan yang kurang berfungsi dan berusaha memanfaatkannya dengan penggunaan peruntukan lain yang lebih ekonomis,” jelas Agung yang juga merupakan Anggota Dewan Pertimbangan dan Pembangunan Kota (DP2K) Semarang
Catatan selanjutnya adalah tentang pembangunan infrastruktur Jalan yang Tahan Lama dan Permanen, menurutnya, soal pembangunan jalan pemerintah perlu mengalihkan fokus dari jangka pendek ke jangka waktu yang lebih panjang. “Selain itu juga perlu meningkatkan manajemen kualitas desain dan konstruksi sehingga masa pakai aset lebih baik dengan demikian tentunya akan meningkatkan kinerja jalan dan mengurangi biaya tahunan,” tuturnya.
Juga soal kemacetan lalu lintas yang makin menjadi di beberapa titik persimpangan seperti perempatan krapyak-pintu tol, Jatingaleh, Majapahit, Tugumuda dan lainnya. “Perlu solusi berkaitan dengan penataan sistem transportasi di Kota Semarang,” kata Pegiat Forum Habitat Jateng itu.
Soal Penataan Parkir juga perlu menjadi sorotan, merebaknya lokasi parkir (di jalur pedestrian dan bahu jalan) yang menyebabkan tidak berfungsinya jalur pedestrian dan juga menyebabkan kemacetan lalu lintas. “Oleh karenanya perlu pemetaan kawasan parkir. Kawasan yang memang diperuntukkan sebagai tempat parkir dan kawasan yang memang tidak diperkenankan untuk parkir serta menyadarkan masyarakat agar parkir sesuai lokasi parkir,” usul Agung.
Merebaknya PKL di Jalur Pedestrian juga perlu jadi perhatian, terdapatnya PKL yang berupa pedagang rokok di halte-halte bis kota, pedagang mie rebus dan goreng, pedagang martabak di beberapa titik perlu dikelola secara baik.
Menurut Agung, munculnya satu-dua PKL jika dibiarkan dan tidak diarahkan pada tempat-tempat yang sesuai, maka tidak menutup kemungkinan akan bermunculan dan semakin merebak PKL-PKL lain di jalur pedestrian. Hal ini tentu akan merubah fungsi-fungsi jalur pedestrian menjadi fungsi lain yang tentu akan merusak wajah kota.
Selanjutnya Pengurus Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Jawa tengah ini mengatakan, Normalisasi Sungai di Semarang mendesak dilakukan, menurutnya saat ini beberapa sungai/saluran mengalami pendangkalan (terdapat sedimentasi & sampah).
( Irsyam Faiz / CN38 / SMNetwork )

Sumber:SUARA MERDEKA 04 Mei 2014